Don't Judge a Book by its Cover?
Don't Judge a Book by
its Cover?
Ini adalah salah satu
pernyataan inspiratif yang sangat familier di kalangan masyarakat. Lalu pernahkah
kita berfikir, bagaimana kita bisa mengetahui baik tidaknya seseorang yg baru
saja kita kenal jika bukan dari penampilan luarnya terlebih dahulu? Seakan-akan
otak kita secara otomatis bekerja menilai penampilan luar seseorang untuk
menentukan siapa lawan bicara kita? Lalu, apakah salah jika kita melihat
seseorang dari covernya terlebih dahulu?
bukankah dalam pepatah
Jawa dikatakan 'Ajining diri soko lathi, ajining rogo soko busono'. Terkadang
siapa kita akan terlihat dari apa yg kita kenakan.
Penampilan luar atau cover memang lebih unggul dalam hal apapun. Karena cover adalah dasar penilaian
pertama yg terjadi beberapa menit terhadap apa yang di tangkap oleh indera
penglihatan kita. Namun, penilaian tersebut hanyalah penilaian sementara yang akan runtuh sampai seseorang itu melakukan tindakan atau ucapan.
Yap! selebihnya kita
akan mengetahui siapa orang tersebut dari tindak tutur yang ia lakukan dan inilah
penilaian yg sebenar-benarnya. Akan tetapi, banyak sekali orang yang menggunakan
cover sebagai satu-satunya dasar penilaian. Mungkin di sinilah 'Don't Judge A
Book by its Cover' berlaku. :)
Alasannya, walaupun
penilaian yang kita berikan pada detik-detik pertama didasarkan pada apa yang kita
lihat. Bukan berarti kita secepat itu menyimpulkan baik atau buruk seseorang hanya dengan pertimbangan tersebut.
Ingatlah, setiap hal
selalu ada sisi baik dan buruknya. Dan segala sesuatu juga dapat bernilai benar
atau salah. Tergantung dari sudut pandang mana kita melihat dan dengan kacamata
apa kita memandang. Bukan berarti karena ada pepatah 'Don't Judge A Book by its
Cover', lalu kita mengabaikan penampilan luar dengan dalih yang penting kan
dalemnya :)
Ada baiknya kita
memperbaiki penampilan luar kita karena kita akan dihargai sesuai dengan apa yang kita kenakan. Ajining rogo soko busono. Tidak ada salahnya kan kita memberikan
kesan pertama yang positif? Tak lupa tentunya dengan memperbaiki tindak tutur yang ada dalam diri. alangkah tentramnya hidup jika kita mampu memaknai segalanya dengan bijaksana.
Comments
Post a Comment