Painful Love and Coffee



Painful love and coffee

Dee pernah berkata dalam filosofi kopi "Sesempurna apapun kopi, punya sisi pahit yang tidak mungkin kamu sembunyikan"

Namun, bagaimanapun "Only one thing is certain about coffee. Whereever it grown, sold, brewed and consumed, there will be lively controversy, strong opinions and good conversation. Dan kopi juga mampu menyatukan dua orang berkepribadian berbeda dalam sebuah percakapan yang sempurna. Seperti halnya cinta bukan? Dimanapun cinta itu mulai tumbuh, berkembang, dan dirasakan. Di sana pasti ada kehidupan yang penuh kontroversi, pendapat yang kuat dari dua org yang berbeda, namun tetap selalu ada keindahan serta kesatuan dalam cinta.

Kopi dengan rasa pahitnya tidak pernah bisa di pisahkan. Layaknya cinta dengan rasa sakitnya. Tidak semua orang dapat  menyukai dan menikmati secangkir kopi karena rasa pahitnya. Tanpa mereka sadari dalam secangkir kopi tersebut terdapat sebuah ilusi serta kenikmatan yang tak tergambarkan. Yups! Begitu pula cinta. Kebanyakan orang hanya ingin menikmati indahnya cinta tanpa mau melewati rasa sakit di dalamnya. Padahal mereka tak tahu rasa sakit itu terkadang mengajarkan kita tentang ketulusan serta menuntun kita perlahan pada kebahagiaan. 

Cinta dan rasa sakit adalah dua hal yang tak bisa terpisahkan. Tapi bukan berarti kita harus menerima rasa sakit itu tanpa berbuat apa-apa, cinta tetap harus sesuai dengan logika. Kita bukan bertahan dalam kesakitan namun kita harus tegas untuk melanjutkan, menjalani dan menyelesaikan. Jika cinta itu berakhir dengan perpisahan, yakinlah perpisahan itu akan menuntun kita pada cinta yang sesungguhnya. Hakikat cinta adalah kebahagiaan, jadi sebesar apapun kesakitan dalam cinta, selalu ada kebahagiaan di dalamnya. Cinta selalu berpegangan erat pada hakikat rasanya. Seperti halnya kopi, kopi tetaplah kopi! Entah itu Espresso, Cappuccino, Latte, Mocha, Frappe, semua itu tetaplah kopi.

Love is hard to find, hard to keep, and hard to forget!


Comments

Post a Comment