PRAGMATIK : TINDAK TUTUR GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI PAUD IT BINTANG BELIA KABUPATEN KUDUS

PRAGMATIK : TINDAK TUTUR GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI PAUD IT BINTANG BELIA KABUPATEN KUDUS



Rafida Azzundhani





Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan macam dan fungsi tindak tutur yang dilakukan guru dalam kegiatan belajar-mengajar di PAUD IT Bintang Belia Kudus. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengambil data melalui teknik rekam. Sumber data yang digunakan adalah peristiwa dan informan. Data dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil dari analisis dan pembahasan menunjukan bahwa tindak tutur dalam kegiatan belajar-mengajar di PAUD IT Bintang Belia Kudus dapat disimpulkan dalam dua hal sebagai berikut : (1) macam tindak tutur dalam artikel ini meliputi tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi, yang digunakan paling dominan oleh penutur adalah tindak tutur lokusi. (2) fungsi direktif, komisif, ekspresif, representatif, dan fungsi deklaratif




Kata kunci : tindak tutur, pragmatik, PAUD


PENDAHULUAN

Bahasa adalah objek kajian lingustik atau ilmu bahasa. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia selalu melakukan interaksi atau hubungan dengan sesamanya menggunakan bahasa. Bahasa dan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, dalam arti keduanya berhubungan erat. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting bagi manusia karena  dengan bahasa manusia dapat mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran atau  gagasannya. Agar komunikasi dapat berlangsung dengan baik, manusia harus menguasai keterampilan berbahasa. Cabang ilmu yang mengkaji bahasa berdasarkan konteks adalah pragmatik. Dalam pragmatik makna dikaji dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar. Dalam situasi-situasi ujar tersebut terdapat suatu peristiwa tutur. Dalam pragmatik, bahasa lisan terwujud dalam bentuk tuturan dengan istilah tindak tutur. Tindak tutur adalah sesuatu yang dikatakan sambil bertindak sesuai dengan apa yang dikatakan dan adanya  reaksi yang diharapkan dari kata-kata tersebut.  Tindak tutur dan peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terdapat pada suatu proses komunikasi dalam menyampaikan atau menyebutkan satu maksud oleh penutur.
Tindak tutur dibagi dalam tiga jenis, yaitu tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang makna tuturannya sesuai dengan tuturan penutur. Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur melakukan sesuatu yang di dalamnya terkait fungsi dan maksud lain  dari tuturan. Tindak tutur perlokusi adalah tuturan yang dituturkan oleh penutur, yang mempunyai efek atau pengaruh bagi mitra tuturannya. Searle (dalam Gunarwan, 1994:48) membagi tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis, yaitu (1) representatif (asertif), (2) direktif (impositif), (3) ekspresif, (4) komisif dan (5) deklarasi.

Pertama, representatif (asertif) adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran apa yang dikatakan, misalnya menyatakan, melaporkan, menunjukkan dan menyebutkan. Kedua, direktif (impositif)adalah tindak ujar yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang dimaksudkan dalam ujaran tersebut, misalnya menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan dan menantang. Ketiga,  ekspresif adalah tindak ujar yang dihasilkan dengan maksud agar ujaran diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam ujaran tersebut, misalnya memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik dan mengeluh. Keempat, komisif adalah tindak ujar yang mengikat penutur untuk melaksanakan apa yang disebutkan dalam ujarannya, misalnya berjanji, bersumpah dan mengancam. Kelima, deklarasi adalah tindak ujar yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan dan sebagainya) yang baru, misalnya memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, dan memberi maaf. 
Proses komunikasi yang efektif dan interaktif pada dasarnya melibatkan dua pihak yaitu  penutur dan lawan tutur sedangkan lawan tutur menerima informasi tersebut. Oleh  karena  itu,  apa  yang ada dalam pikiran penutur tersampaikan, maka komunikasi dapat dikatakan berhasil. Proses perubahan pembicaraan terjadi begitu cepat, terasa sebagai suatu peristiwa biasa dan wajar sehingga komunikasi berjalan  dengan  lancar. Tindak tutur dapat terjadi dalam semua komunikasi linguistik. Terkadang dalam penggunaan bahasa itu sendiri, mereka secara tidak sadar akan  menggunakan tuturan yang sulit dipahami oleh lawan tuturnya. Oleh karena  itu, setiap manusia  harus dapat memahami maksud dan makna tuturan yang diucapkan oleh lawan tuturnya. Dalam hal ini, manusia tidak hanya sekadar mengerti apa yang telah diujarkan oleh si penutur, tetapi juga konteks yang digunakan dalam ujaran tersebut. Kegiatan semacam ini berkaitan dengan tindak tutur,  yaitu tuturan yang disertai dengan gerak, sikap anggota badan maupun ekspresi tertentu. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut. Pertama, macam  tindak tutur yang terkandung di dalam ujaran-ujaran yang digunakan guru dalam  kegiatan  belajar-mengajar di PAUD IT Bintang Belia. Kedua, fungsi tindak tutur yang  terkandung  di  dalam  ujaran-ujaran yang  digunakan guru dalam  kegiatan  belajar-mengajar di PAUD IT Bintang Belia.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif dan pengambilan data dilakukan secara  etnografis. Mengacu kepada Padmadewi (2005), pengambilan data secara etnografis dilakukan dengan pertimbangan bahwa cara etnografi mampu mendeskripsikan secara analitik situasi komunikasi alamiah yang menjadi latar penggunaan ujaran-ujaran dalam peristiwa tutur kegiatan supervisi akademik yang dapat memberikan perspektif pemahaman yang lebih luas dan mendalam tentang objek penelitian. Korpus data penelitian ini berupa ujaran-ujaran lisan yang digunakan para guru PAUD dalam kegiatan belajar-mengajar di PAUD IT Bintang Belia. Subjek  penelitian  ini  dibatasi 2 orang guru dan dua kelas siswa. Dari empat metode utama pengumpulan data yang dikemukakan oleh Silverman (1994) dalam Gosong (1998), dalam penelitian ini digunakan dua metode untuk menjaring data, yakni metode observasi dengan teknik perekaman dan transkripsi. Metode observasi dan perekaman digunakan untuk menjaring data berupa konteks komunikasi dan ujaran-ujaran yang digunakan para guru dalam kegiatan belajar-mengajar. Mengacu kepada Mahsun  (2005), perekaman terhadap aktivitas komunikasi antara guru dan siswa  dilakukan  dengan  teknik  sadap dengan maksud menjaga kenaturalan data. Data audio yang berupa ujaran-ujaran lisan dalam kegiatan belajar-mengajar kemudian ditranskripsikan menjadi naskah tertulis. 

PEMBAHASAN

1. Macam tindak tutur yang terkandung di dalam ujaran-ujaran yang digunakan guru dalam  kegiatan  belajar-mengajar di PAUD IT Bintang Belia

Analisis macam tindak tutur yang terkandung dalam ujaran-ujaran yang digunakan para peserta tutur dalam kajian ini mengacu kepada klasifikasi tindak tutur yang  dikemukakan  Austin  (1962),  yang meliputi: tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Setiap tindak dalam ujaran mengandung daya. Tindak lokusi suatu ujaran mengandung daya lokusi, tindak ilokusi mengandung daya ilokusi, dan tindak perlokusi mengandung daya perlokusi.

Lokusi
Penelitian ini menganalisis data sehingga menghasilkan beberapa hal yang berkaitan dengan daya dalam tindak tutur yang digunakan oleh para peserta tutur. Secara umum, semua ujaran yang digunakan peserta tutur mengandung tindak lokusi, yakni tindak yang mengandung makna  sesuai dengan makna leksikal menurut kaidah sintaksisnya serta tidak mempermasalahkan maksud atau fungsi ujaran itu. Namun, ujaran-ujaran yang  digunakan oleh para peserta tutur juga mengandung daya ilokusi dan daya perlokusi di samping muatan lokusinya.

Ilokusi
Daya ilokusi ujaran-ujaran yang digunakan para peserta tutur terlihat dari adanya maksud, pesan, atau tendensi, yang terkandung di balik makna leksikal kata-kata yang digunakan dalam ujaran itu. Maksud, pesan atau tendensi itu berbeda dengan muatan makna leksikal ujaran yang digunakan, seperti ujaran berikut.

KONTEKS :
Tuturan terjadi dalam kegiatan belajar di PAUD IT Bintang Belia ketika sentra mewarnai. Tuturan terjadi antara guru dengan siswa di dalam kelas. Data ini diambil pada hari jumat, jadwal kegiatan belajar pada saat itu adalah sentra mewarnai.

Guru : “Ayo mbk Nia! Ini belum selesai masih sedikit. Ini belum poninya. Poninya warna apa mbk?”
Tuturan tersebut bermakna penutur mengungkapkan ajakan untuk menyelesaikan tugas mewarnai siswanya dan bertanya apa warna poni kuda dalam gambar tersebut. Di balik makna tersebut, ujaran ini seseungguhnya menyatakan maksud memerintah agar mitra tutur menyelesaikan mewarnai gambar secara penuh. Kalimat pertanyaan apa warna poni kuda tersebut bermaksud agar siswa lebih mudah dalam mewarnai dan segera menyelesaikan pekerjaannya. Tuturan guru tersebut termasuk kedalam tindak tutur ilokusi jenis direktif (impositif) yaitu tindak ujar yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang dimaksudkan dalam ujaran tersebut, terlihat pada tuturan “Ayo mbk Nia! Ini belum selesai masih sedikit” jenis direktif dalam tuturan tersebut berupa menyuruh. Dalam tindak tutur diatas penutur mempunyai maksud menyuruh agar siswanya yang bernama Nia mau melanjutkan kegiatan mewarnai gambar yang belum selesai sepenuhnya. Tuturan guru dari tuturan diatas merupakan tuturan menyuruh, dengan menggunakan penanda kata “ayo” sehingga kesan memerintah dalam tuturan tersebut tersembunyi di balik sebuah ajakan. Tindak tutur ilokusi menyuruh juga tergambar pada tuturan berikut ini. 

Guru : “Mana rapimu?”
Murid : “Ini rapi ku bu..”

Makna dalam tuturan diatas adalah guru mempertanyakan dimana kerapian muridnya. Terlihat pada tuturan “Mana rapimu?”, tuturan tersebut mempunyai makna mempertanyakan yang diperjelas dengan intonasi bertanya.  Dibalik makna tersebut terdapat maksud penutur untuk memerintah agar murid-muridnya memperhatikan dan menjaga kerapian serta ketertiban proses belajar mengajar. Respon murid yang ditunjukkan melalui tuturan “Ini rapi ku bu..” menegaskan bahwa apa yang dimaksud oleh guru tersebut tersampaikan oleh muridnya. Ada pengaruh dalam tuturan tersebut.  
Tuturan ini juga mengandung daya perlokusi disamping daya ilokusinya. Penjelasan mengenai tindak tutur perlokusi dalam tuturan tersebut akan dijelaskan dalam sub bab perlokusi.

Guru : ”Ayoo..ayooo teman-temannya suruh masuk dulu. Ayo teman-teman suruh masuk dulu!”
Guru : “Iya ayoo suruh masuk temen-temennya. Suruh masuk dulu.”

Dalam tuturan tersebut guru menggunakan penanda ayo yang terlihat pada tuturan Ayo teman-teman suruh masuk dulu!”. Penanda ayo yang digunakan dalam menyuruh agar suruhannya tidak terkesan basa-basi terhadap murid, sehingga menjadikan tuturannya lebih tegas dan jelas.

Guru : “ini diwarnai dulu. Hmm.. waduh gambarnya seperti puteri. Ini sudah? Ya nanti tak lihat, tak nilai.”
Siswa : “Buu... udah buuu..”

Tuturan diatas termasuk kedalam tindak tutur ilokusi yang bersifat ekspresif merupakan tindak ujar yang dihasilkan dengan maksud agar ujaran diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam ujaran tersebut, dalam tuturan ini berupa pujian yang terlihat pada waduh gambarnya seperti puteri.guru memberikan pujian kepada siswa karena gambarnya sangat bagus, guru tersebut membuat kiasan keindahan gambar tersebut dengan seorang puteri.

Guru : “Lihat! Kalo seperti ini masih ada yang putih (menunjuk hasil pekerjaan siswa yang belum selesai). Kalo mewarnai seperti ini. (menunjuk contoh gambar yang sudah terwarnai penuh). Kalo seperti ini kan penuh! Penuh semuanya. Ya. Mbk sasa kalo seperti ini masih ada yang kosong. Perhatikan sini ya!” (murid-murid tidak ada yang memerhatikan)
Tuturan diatas termasuk kedalam tindak tutur ilokusi yang bersifat representatif yaitu menyatakan serta menunjukkan tentang cara mewarnai yang benar dalam tuturan berikut, “Lihat! Kalo seperti ini masih ada yang putih (menunjuk hasil pekerjaan siswa yang belum selesai). Kalo mewarnai seperti ini. (menunjuk contoh gambar yang sudah terwarnai penuh). Kalo seperti ini kan penuh! Penuh semuanya. Ya. Mbk sasa kalo seperti ini masih ada yang kosong. Perhatikan sini ya!”. Pada kalimat tersebut guru menyatakan bahwa ketika mewarnai dan masih ada warna yang putih berarti pekerjaan itu belum selesai. Guru tersebut menunjukan bagaimana cara mewarnai yang benar. Selain itu tindak representatif juga tercermin dalam kalimat berikut, “Nah, tadi teman-teman sudah mengenal warna primer. Apa saja tadi ya?” penutur menyatakan bahwa siswa sudah dikenalkan dengan warna-warna primer.
Guru : “Sekarang bu Umi tanya, merah di campur biru menjadi warna apa ya?”
Murid : “Ungguuu..”
Guru : “Iya.. Unggu.. Pinter!”
Guru : ‘Merah ditambah biru sama dengan unggu. Nah, sekarang bu Umi tanya lagi, biru di campur kuning jadi warna apa ya?”
Murid : “Hijauuu!”

Tindak tutur ilokusi pada percakapan di atas bertujuan untuk memberikan informasi tentang percampuran warna kepada siswa-siswinya. Pada tuturan tersebut juga terdapat daya ilokusi berupa pujian ketika siswa mampu menjawab pertanyaan guru dengan benar. Terlihat pada tuturan guru “Iya.. Unggu.. Pinter!”. Guru tak segan memberikan pujian saat siswanya menjawab pertanyaan dengan tepat yang terlihat pada kata Pinter!.
Daya ilokusi yang terkandung di balik makna leksikal ujaran-ujaran  yang digunakan peserta tutur dalam kajian ini berupa: ilokusi bertanya, ilokusi  perintah, ilokusi permohonan atau permintaan, dan ilokusi  pujian. Di  samping perbedaan makna leksikal dengan maksud yang ingin dinyatakan, ilokusi ujaran-ujaran para peserta tutur dapat juga dilihat dari perbedaan modus yang digunakan dengan maksud yang hendak dinyatakan. Dengan menggunakan ujaran-ujaran yang mengandung daya ilokusi, para peserta tutur sesungguhnya mematuhi aturan (maksim) kesantunan dalam berkomunikasi.


Perlokusi
Di samping mengandung daya ilokusi, ujaran-ujaran yang digunakan para peserta tutur juga berorientasi untuk menimbulkan efek atau pengaruh bagi mitra  tutur agar melakukan suatu tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa tindak tutur dalam kegiatan belajar-mengajar mengandung daya perlokusi. Daya perlokusi yang timbul dari ujaran-ujaran yang digunakan merupakan efek dari ilokusi perintah yang terkandung di dalam ujaran-ujaran itu. 
Guru : “Mana rapimu?”
Murid : “Ini rapi ku bu..”
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, tindak tutur perlokusi merupakan tindak tutur yang menumbuhkan pengaruh (effect) kepada mitra tutur. Tindak tutur ini dapat disebut dengan tindak yang menimbulkan efek terhadap lawan tutur. Tuturan diatas merupakan tindak tutur perlokusi dimana guru mengucapkan kalimat tanya tersebut disela pembelajaran ketika kondisi kelas mulai ramai dan tak terkendali. Tuturan tersebut berupa pertanyaan “Mana rapimu?”. Efek perlokusi yang diharapkan dalam tuturan tersebut adalah agar guru mendapatkan kembali perhatian siswa supaya siswa memperhatikan pelajaran sehingga kegiatan belajar-mengajar dapat terlaksanakan secara kondusif. Ketika guru mengucapkan kalimat tersebut menimbulkan efek kepada para siswa, yang terlihat paada jawaban dengan kalimat “Ini rapi ku bu..”saat mengucapkan kelimat tersebut perhatian para siswa yang tadinya terbagi menjadi terpusat sepenuhnya pada guru, dan mereka akan duduk kembali dengan tenang dan rapi. Kalimat tersebut berulang kali diucapkan oleh guru ketika suasana kelas tidak kondusif. 

Guru : “Nah, tadi teman-teman sudah mengenal warna primer. Apa saja tadi ya?”
Murid : “Merah, Kuning, biru.”

Tuturan tersebut mempunyai daya perlokusi yang terlihat karena adanya pengaruh serta respon yang diberikan mitra tutur ketika tuturan tersebut terjadi. Dalam peristiwa tutur tersebut mitra tutur memberikan respon berupa jawaban “Merah, Kuning, biru.” Yang merupakan jawaban dari pertanyaan guru tentang warna primer yang terlihat pada tuturan guru “Apa saja tadi ya?”. 

Guru : “Teman-teman siapa yang mau menulis di papan tulis harus rapi dulu!”
Siswa : (Duduk kembali ke tempatnya masing-masing) “Nulis apa bu?”
Guru : “Yang rapi ditunjuk maju.”
(ada beberapa siswa yang berjalan ke depan)
Guru : “ee... gak lewat situ.. maaf nggak lewat situ..”
Guru : “Nauval! Tulis 21-30 coba!” (Nauval maju untuk menulis)
Guru : “21... duanya di depan satunya dibelakang. Dua puluh satu. Nah..”

Tuturan diatas merupakan tindak tutur perlokusi dimana guru memerintah agar siswanya rapi jika ingin menulis di papan tulis, terlihat pada tuturan perintah harus rapi dulu!. Tuturan tersebut memberikan efek kepada para siswa, yang menyebabkan para siswa bergegas untuk merapikan diri. Perngaruh yang timbul dari tuturan tersebut juga terlihat dengan respon siswa yang menanyakan “Nulis apa bu?”.
 Selain itu pada kalimat “ee... gak lewat situ.. maaf nggak lewat situ..” memberikan efek perlokusi kepada para siswa berupa larangan yang membuat para siswa yang berjalan lewat depan merasa bersalah dan kembali ke tempatnya. 

Guru : “Mbak Zia. Sasa! Mana rapi mu?”
Siswa : “Ini rapi ku bu!” (Jawab Zia dan Sasa)

Daya perlokusi yang timbul dalam tuturan tersebut terlihat dari adanya respon Zia dan Sasa dengan menjawab pertanyaan guru yang menyuruh mereka untuk rapi. Efek perlokusi tersebut terlihat dalam tuturan “Ini rapi ku bu!”. Setelah menjawab pertanyaan guru tersebut Zia dan Sasa duduk kembali ketempatnya dengan rapi.

Guru : “Warna primer ada berapa ya, teman-teman ya?” 
Guru : “ Mbk Mea! Hallo!?”
Siswa : “Tigaaaaaa”
Guru : “Yang pertama apa?”
Siswa : “Merahh”
Guru : “Yang kedua?”
Siswa : “Biru”
Guru : “Yang ketiga kuning. Sekarang Bu Umi tanya, merah dicampur biru menjadi warna apa ya?”
Siswa : “Unggu”

Efek perlokusi dalam tuturan diatas terlihat dari respon-respon siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh gurunya. Hal tersebut terlihat dari jawaban ”Tigaaaaaa” yang merupakan efek dari tuturan guru yang menanyakan berapa jumlah warna primer ”Warna primer ada berapa ya”. Tuturan selanjutnya guru menanyakan secara berturut-turut apa saja ketiga warna primer tersebut. Daya perlokusi yang timbul dalam tuturan tersebut adalah adanya respon siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut satu persatu dapat dilihat pada kata, “Merahh” ,“Biru” ,“Unggu”. 

2. Fungsi tindak tutur yang  terkandung  di  dalam  ujaran-ujaran yang  digunakan guru dalam  kegiatan  belajar-mengajar di PAUD IT Bintang Belia.


Mengacu kepada klasifikasi Searle (1975) dan Levinson (1983), beberapa temuan sehubungan dengan fungsi ilokusi tindak tutur ujaran-ujaran peserta tutur antara lain: fungsi direktif, komisif, ekspresif, representatif, dan fungsi deklaratif.

Fungsi direktif tindak tutur berorientasi kepada mitra tutur, seperti ujaran yang menyatakan perintah (commanding), permintaan halus dan sopan  (requesting), dan permohonan (begging). Contohnya pada tuturan berikut. “Lihat! Kalo seperti ini masih ada yang putih (menunjuk hasil pekerjaan siswa yang belum selesai). Kalo mewarnai seperti ini. (menunjuk contoh gambar yang sudah terwarnai penuh). Kalo seperti ini kan penuh! Penuh semuanya. Ya. Mbk sasa kalo seperti ini masih ada yang kosong. Perhatikan sini ya!” mengandung fungsi direktif yang berupa perintah agar siswa memperhatikan yang terlihat pada Perhatikan sini ya!”. ”Ayoo..ayooo teman-temannya suruh masuk dulu. Ayo teman-teman suruh masuk dulu!” Dalam tuturan tersebut terdapat fungsi direktif berupa perintah agar siswa masuk kembali ke dalam kelas, terlihat pada tuturan guru Ayo teman-teman suruh masuk dulu! Yang diperjelas dengan intonasi perintah ketika mengucapkannya.

Beberapa fungsi komisif tindak tutur yang terlihat antara lain: fungsi komisif  penawaran, fungsi komisif yang menyatakan janji, dan fungsi komisif yang menyatakan ancaman. “Teman-teman siapa yang mau menulis di papan tulis harus rapi dulu!”kalimat tersebut mengandung fungsi komisif berupa ancaman kalau ingin menulis di papan tulis maka siswa harus merapikan diri terlebih dahulu. Kemudian guru akan memanggil nama siswa yang paling rapi untuk maju ke depan.

fungsi ekspresif tindak tutur, dalam kajian ini ditemukan sejumlah ujaran yang memiliki fungsi ekspresif, seperti ekspresi rasa senang, ekspresi pujian dan ekspresi permintaan maaf. Fungsi ekspresif tersebut tidak berlaku mutlak. Sebuah ujaran bisa saja mengungkapkan ekspresi rasa simpati sekaligus ekspresi permohonan maaf, demikian juga halnya  dengan ekspresi-ekspresi perasaan yang lainnya. Contoh tuturan yang mengandung fungsi ekspresif dapat dilihat dalam kalimat berikut ini. “ini diwarnai dulu. Hmm.. waduh gambarnya seperti puteri. Ini sudah? Ya nanti tak lihat, tak nilai.” Tuturan diatas terdapat fungsi ekspresif berupa pujian dan perasaan senang. Terlihat pada tuturan guru waduh gambarnya seperti puteri, kata waduhh dalam tuturan yang diucapkan oleh guru tersebut memperlihatkan ekspresi kebahagiaan yang diperjelas dengan kata selanjutnya gambarnya seperti puteri. Dalam hal ini guru memberikan pujian kepada siswanya karena gambarnya seperti puteri. 

Guru : “Sekarang bu Umi tanya, merah di campur biru menjadi warna apa ya?”
Murid : “Ungguuu..”
Guru : “Iya.. Unggu.. Pinter!”
Dalam tuturan diatas juga terdapat fungsi ekspresif berupa pujian yang diberikan ketika siswa mampu menjawab pertaanyaan guru. Terlihat pada tuturan “Iya.. Unggu.. Pinter!”. Guru berusaha memberikan penghargaan berupa pujian saat siswanya mampu menjawab pertanyaan dengan tepat.

Fungsi representatif. Tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran apa yang dikatakan, misalnya menyatakan, melaporkan, menunjukkan dan menyebutkan. “Lihat! Kalo seperti ini masih ada yang putih (menunjuk hasil pekerjaan siswa yang belum selesai). Kalo mewarnai seperti ini. (menunjuk contoh gambar yang sudah terwarnai penuh). Kalo seperti ini kan penuh! Penuh semuanya. Ya. Mbk sasa kalo seperti ini masih ada yang kosong. Perhatikan sini ya!”. Fungsi representatif tercermin dalam kalimat tersebut berupa menyatakan serta menunjukkan tentang cara mewarnai yang benar. Pada kalimat tersebut guru menyatakan bahwa ketika mewarnai dan masih ada warna yang putih berarti pekerjaan itu belum selesai. Guru tersebut menunjukan bagaimana cara mewarnai yang benar. Selain itu tindak representatif juga tercermin dalam kalimat berikut, “Nah, tadi teman-teman sudah mengenal warna primer. Apa saja tadi ya?” penutur menyatakan bahwa siswa sudah dikenalkan dengan warna-warna primer

Fungsi deklarasi adalah tindak ujar yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan dan sebagainya) yang baru, misalnya memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, dan memberi maaf. “ee... gak lewat situ.. maaf nggak lewat situ..”fungsi tindak tutur deklarasi dalam kalimat tersebut berupa larangan, terlihat pada tuturan ee... gak lewat situ..kata tidak dalam tuturan tersebut seolah memperjelas bahwa guru mengcapkan sebuah larangan.

SIMPULAN
Berdasarkan analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. macam tindak tutur dalam artikel ini meliputi tindak tutur lokusi, ilokusi dan perlokusi, yang digunakan paling dominan oleh penutur adalah tindak tutur lokusi. 
2. Fungsi tindak tutur yang  terkandung  di  dalam  ujaran-ujaran yang  digunakan guru dalam  kegiatan  belajar-mengajar di PAUD IT Bintang Belia terdiri dari lima fungsi yaitu fungsi direktif, komisif, ekspresif, representatif, dan fungsi deklaratif

DAFTAR PUSTAKA
Gunarwan, Asim. 1994. Pragmatik: Pandangan Mata Burung di dalam Soenjono Dardjowidjojo (penyunting) Mengiring Rekan Sejati: Festschrift buat Pak Ton. Jakarta: Unika Atma Jaya.
Levinson, Stephen C. 1983. Pragmatics. London: Cambridge University Press.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Searle, John R. 1975. Speech Act, An Essay In The Philosophy Of Language. London: Cambridge University Press










Comments