Cerita Lama tentang Isyarat Jatuh Cinta

 


"Kursi kami yang berdempetan membuat tempurung lutut kami bersinggungan. Andai ada pintu masuk di situ, akan kuselundupkan setengah bahkan tiga seperempat jiwaku untuk merasukinya, untuk membaca pikirannya, mematai-matai perasaannya. Cukup seperempat saja jiwaku berjaga di meja itu, untuk tersenyum sopan, tertawa kecil dan merespon ‘oh’ atau ‘oooh’ atas percakapan apapun." - Hanya Isyarat


Sebenarnya, Ini cerita cinta lama dalam hidupku. 

Sekarang, rasa itu telah tergantikan. Tapi indahnya masih bisa ku rasakan. 

Jatuh cinta merupakan salah satu bagian terindah dalam hidup. 

Entah jatuh sendirian atau jatuh bersamaan. 

Ini cerita tentang jatuh cinta yang pernah ku rasakan 6 tahun yang lalu. 

Jatuh cinta yang akan selalu teringat, karena terjadi begitu lama dan berjalan mengalir begitu saja. Meski sampai detik ini pun tak ada yang mengira aku pernah jatuh hati padanya. Ya, dia hanya sebatas anggan yang tak pernah ku impikan. Cukup bagiku melihatnya dalam diam. 

Terlihat menyedihkan memang, tapi bukan itu yang aku rasakan. Ingat kan, jika kita mencintai dengan tulus, kebersamaan bukan lah satu-satunya tujuan. Cukup dengan rasa senang setiap bertemu dengannya, berhasil membuatku gila. 

Biarlah semesta membantuku menyimpan kisah ini untuk ku kenang sendiri saja. 

Mungkin ini bukan jatuh yang terdalam, tapi jatuh yang paling menyenangkan. Ha-ha meski sendirian. 

Gila, cinta memang membuat kewarasanku melebur begitu saja. 


6 tahun yang lalu, pertama kali aku melihatmu di antara barisan mahasiswa baru di kampusku. Tak kenal siapa kamu, namamu, asalmu. Ya, aku hanya tau.. Aku jatuh hati padamu. Ha-ha. Inikah rasanya jatuh cinta pandangan pertama.

Beberapa saat pandangan kita tak sengaja bertemu, duniaku seperti sebuah film yang tengah di-pause oleh penontonnya. Kebisingan tak lagi terdengar. Riuh lautan manusia yang membuat jarak diantara kita seolah alpa. Hahaha.

Berikutnya, takdir selalu menempatkan ku pada satu ruangan yang sama, denganmu. Setiap hari selama dua tahun aku menjalani cinta diam-diam, sendirian. 


Menatap punggungmu dari belakang. Diam-diam menertawakan tingkahmu yang menyebalkan. Panik ketika ketahuan curi-curi pandang. Haha bukan kah menyenangkan? 

Lidahku kelu ketika dengan sok kerennya kau mengajakku basa basi yang sungguh basi. 

Hanya kesan dinginku yang berhasil tertangkap olehmu. Tak tau saja, seberapa dinginnya telapak tanganku saat berbincang dengannu. 

Hanya sebuah kecanggungan yang menyelimuti setiap percakapan kita. 


Sampai kau pikir, tak ada sedikit pun minatku berteman denganmu. Padahal, menjawab sapaanmu saja lidahku kelu. 

Cinta membuat tingkat intelektualitas dalam otakku turun 100% menjadi idiot. 


Ketika tak sengaja kita duduk tanpa jarak. Nafasku seolah tercekat, sesak sangking bahagianya. Tapi pura-pura biasa saja agar mimikku tak terbaca. Tuhan, aku masih senyum-senyum sendiri jika mengingat itu. 

Aku lupa cara bernafas jika tanpa sengaja siku tangan kita bersingungan. Lupa berpijak jika tanpa sengaja tempurung lutut kita saling bersapaan. Haha. 


Sekali lagi, ini hanya cerita lama yang ingin aku abadikan lewat tulisan. Tidak untuk perasaan, tak ada lagi rasa untuknya yang tersisa. Saat ini, hatiku telah terisi oleh sosok berikutnya. 

Mungkin akan kuceritakan lagi di kesempatan berikutnya. 



Comments